Rabu, 17 Juni 2020

Kurangi Jumlah Pintu Tapi Bukan yang Di Lawang Sewu

Perubahan yang sangat signifikan dialami sebagian besar penduduk dunia akhir-akhir ini. Terutama kalangan orang awam sepertiku. Bagaimana tidak? Seluruh insan di dunia ini seolah-olah di-commissioning untuk kehidupan keadaan normal yang baru atau menggunakan bahasa marketing New Normal. Setuju atau tidak dengan kebijakan ini? Terserah saja. 
Ini sedikit bacaan buat nambah wawasan.
Sempat terlintas saat dulu masih sekolah, seringkali menemukan buletin terserak di lantai atau rak-rak masjid tentang Iluminati. Bahkan di beberapa film seperti From Hell yang dibintangi oleh Johnny Depp yang ujung-ujungnya si Jack the Ripper ternyata bagian dari lingkaran Iluminati ini. Terkekeh-kekeh (agak ironis dan seakan tak percaya juga) kalau ingat si Iluminati ini katanya punya konsep New World Order atau Tatanan Dunia yang Baru.
Sigh... Most of the times, overthinking makes it too hard to picture what is really going on.
Embed twitnya Kemenko Perekonomian disini


Sementara itu di dunia nyata, di kampung tepatnya, virus corona yang hingar bingar di TV dan media mainstream hampir tidak terasa efeknya kalau mau satu minggu saja tidak mengikuti perkembangan datanya. Tapi kalau pas keluar ke kota kecamatan? Lhaaahh, ingat lagi kalau si corona ini memberikan efek yang luar biasa. 

Pintu-Pintu Birokrasi

Tiba-tiba saja birokrasi kita diperbarui. Belum genap setahun lalu, semua orang yang mau pindah alamat atau memperbarui KK harus mengantri di lobby kantor dinas kependudukan dan catatan sipil. Lhah, pas ada corona ini, ketika WHO menetapkan Virus Corona ini sebagai wabah (pandemi), sontaklah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia menerapkan berbagai macam kebijakan untuk menyikapinya (si Corona ini bahkan dikasi nama sendiri Covid19). Maka proses update KK boleh menggunakan jalur online, kasusnya di kabupatenku ini boleh menggunakan WhatsApp untuk antri, terus dapat nomor antrian, terus embuh piye maneh ngono, jek awal-awal iki nggae WA thok. Lancar sih, tapi kok terasa ribet yak? Sakno mas/mbak admin WA yang kudu update terus kutak-kutik HP untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang berkepentingan update KK itu.
Kenapa antrinya tidak pakai website aja toh? Terus ditunjukkan di web-nya daftar antriannya (lengkap sama nama yang lagi antri, nomor KK ngga perlu muncul). 
Katanya sistem sebelum WA ini sudah mendingan ketimbang beberapa tahun lalu. Apa yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya? Orang-orang di kampungku takut pergi ke kantor dinas pemerintah karena khawatir prosesnya lama, di ping-pong kesana kemari. Akhirnya sebagian besar menggunakn jasa calo. 
Birokrasi yang lagi di commissioning ini akan menjadi lebih baik baik. 

Suram di Bilik-Bilik Pendidikan

Dunia pendidikan shock berat di-commissioning sama Covid19! 
Shock berat pas tau bahwa anak sekolah harus belajar dari rumah. Awalnya murid-murid pasti seneng karena artinya sekolah libur. Tapi pas tahu kalau ada tugas tiap hari? Jadinya ya ngga libur, malah jadi ribet buat mereka. 
Tentu saja sekolah-sekolah, guru-guru, pembuat kurikulum, dan semua orang yang berkecimpung di dunia pendidikan kelabakan. Disuruh belajar dari rumah -secara harfiah- dengan metode belajar daring.
Ini bukan tugas mudah, tapi ini harus dilakukan demi tetap mencetak generasi penerus bangsa yang terdidik.
Tiap-tiap kepala sekolah menetapkan kebijakan yang berbeda-beda. Boleh sekolah dengan metode diberikan PR, ada yang sekolah online dengan teleconference video (kasihan yang ngga punya internet), bahkan ada yang diskusi online tapi dengan obrolan via pesan singkat di WhatsApp.
Tentu saja penyampaian materi menjadi tidak efisien. 

Capek ngetik, nanti dilanjut lagi opininya.

Tidak ada komentar: